STORY
7| PLAY-MAN
Di
sekolahku, ada larangan pulang malam karena ada si play man akan menculikmu dan
memutilasi tubuhmu hingga berkeping-keping. Play man sebutan bagi anak-anak di
SD Aokigakuen karena dia selalu membujuk anak-anak agar mau bermain dengannya.
Ya, aku
pikir ini adalah lelucon dan aku saat ini sudah menginjak 12 tahun karena aku
baru akan memasuki dunia remaja, jadi aku tidak terlalu mengukit atau
mempermasalahkan urban legend itu.
Jadi,
suatu hari aku mengadakan uji nyali dengan teman-teman sepermainanku.
"Hira, kau yakin ingin menemui play man?" Tanya si penakut, arashi.
Kau
tahu? Meskipun arashi berbadan tinggi diantara kami bertiga, dia satu-satunya
yang penakut dan masih mengenakan pempers meskipun usianya sudah 12 tahun.
Meskipun
begitu, persahabatan kami bagaikan lem yang terlalu kuat ketika menempel pada
suatu benda.
"Adam,
menurut perkiraan mu kapan dia akan muncul? " tanyaku kepada Adam.
Kemampuan analisis supernaturalnya diakui oleh semua orang di sekolah termasuk
para guru. Jadi membuat adam mengikuti uji nyali ini adalah yang tepat.
"Menurutku,
play man akan muncul jam 5.00 sore dan dia akan berdiri di pintu masuk ruang
utama sekolah..." kata Adam sembari membaca catatan kecil dengan teliti.
"Adam,
info yang kau dapati adalah sebenarnya kan?" Tanyaku.
Adam
mengusapi lensa kacamatanya sembari berkata "tentu saja, karena aku
ini'---". Kami mendengar suara bel tanda jam sore sudah tiba. Kami bertiga
saling memandang lalu menguatkab hati kami untuk mengecek apakah play man
benar-benar akan muncul.
Memang
benar, kami melihat seorang dengan kantung plastik dengan gambar wajah yang
aneh sedang berdiri di depan pintu masuk ruang utama sekolah.
Orang
itu mengenakan kemeja putih lengan panjang yang menutupi semua tangannya dan
memakai dasi yang tidak rapi. Selain itu, dilehernya tanpak tali tambang
menjerat lehernya hingga darah membekas di talinya.
"Hira...
dia benar-benar muncul... apa yang akan kita lakukan?" Tanya Arashi dengan
kaki yang mulai bergemetar.
"Adam,
apa benar dia itu si play man?" Tanyaku kepada Adam yang sibuk mencocokkan
deskripsi saksi mata dengan yang ada di depan matanya.
"Benar...
dia yang asli. Tapi aku tidak merasakan ada aura gaib pada dia. Apa benar dia
makhluk halus... atau orang tua pysico yang gila membunuh anak'anak..."
kata Adam.
"Memangnya
kenapa?"
Adam
menelan ludahnya sendiri lalu dia berkata " karena peralatan yang aku bwa
tidak berguna pada manusia atau siluman. Jika firasatku memang benar, play man
bukan manusia atau maklukh halus melainkan siluman yang ganas. Kita semua dalam
bahaya....".
Aku
melihat play man tidak beranjak dari posisinya. Dia terus berdiri mematung
menatap kami bertiga.
Entah
alasan apa yang membuat play man tidak mengejar kami yang ada di depannya. Yang
jelas saat ini kami aman.
-ANAK ANAK AYO MAIN......
-KEMARILAH.....
-AKU PUNYA MAINAN BAGUS DI LUAR UNTUK KALIAN MAINKAN....
-AYO MAIN.....
Suara
serak play man menggema di seluruh ruangan. Bulu kuduk kami semuanya langsung
berdiri dan mencekam.
-AYOOOOO
-MAIN YUK.....
-MAIN YUK.....
Adam
maju sedikit lalu dia berkata "ke-kenapa kau tidak mau masuk? Apa karena
kami tidak mengiyakan makanya kau tidak bisa menangkap kami?”. Adam menantang
play man untuk memasuki sekolah. Aku melihat play man hanya berdiri dan terus
membujuk kami agar mengiyakan ajakannya.
-AYO
MAIN......
suara
serak play man kembali terdengar. Tapi kali ini suaranya agak berat, dia
terpancing hasutam adam.
Lalu
play man terdiam sesaat. Play man merentangkan kedua tanganya di kedua sisi
pintu geser sekolah.
-AYOOOOOO MAIN..........!!!!!!!
-AYOOOOOO MAIN..........!!!!!!!
Suara
jeritan play man memecahkan telinga kami. Kami langsung berlari kembali dalam
kelas karena telinga arashi sudah mengeluarkan darah sedangkan tanpa aku sadari
hidungku mimisan
Bahkan
meskipun kami sudah berada di lantai 2 suaranya masih terdengar. Jeritan plat
man berlangsung selama 3 menit. Tapi kami itu bagaikan neraka karena gema suara
yang mengrikan dapat membuat kami tidak sadarkan diri.
Jeritan
play man terhenti. Sekolah kembali senyap seperti semula. Kami bertiga yang
bersembunyi dibawah meja guru memberanikan diri untuk keluar dari sana. Kami
melihat jam sudah pukul 6 sore. Adam duduk lemas lalu dia berkata " play
man hanya muncul jam 5 sampai jam 6. Karena jam itu adalah bagi anak anak untuk
pulang ke rumah....".
Aku dan
arashi ikut duduk karena kaki kami terus gemetar. Aku mengatur napas dan
melihat ke jendela. Aku melihat play man menempelkan wajah kantung plastik di
jendela sembari menatap kami semua.
Arashi
dan adam ikut melihat apa yang aku lihat. Ini adalah lantai 2 sedangkan
seingatku tidak ada balkon di luar jendela. Play man melayang tepat di depan
kelas kami.
"Àaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!"
Hari
itu, ternyata guru wali kami masih mengerjakan pr kami. Jadi jeritan kami
terdengar olehnya. Ketika guru wali kami muncul dikelas disaat itulah play man
menghilang.
Jika di
sekolahmu ada play man, kami sarankan jangan pulang terlalu sore atau play man
akan menculikmu.
0 komentar:
Posting Komentar