Rabu, 26 Oktober 2016

A Tale of Scary Story - Chapter 07

STORY 7| PLAY-MAN
Di sekolahku, ada larangan pulang malam karena ada si play man akan menculikmu dan memutilasi tubuhmu hingga berkeping-keping. Play man sebutan bagi anak-anak di SD Aokigakuen karena dia selalu membujuk anak-anak agar mau bermain dengannya.

Ya, aku pikir ini adalah lelucon dan aku saat ini sudah menginjak 12 tahun karena aku baru akan memasuki dunia remaja, jadi aku tidak terlalu mengukit atau mempermasalahkan urban legend itu.

Jadi, suatu hari aku mengadakan uji nyali dengan teman-teman sepermainanku.

"Hira, kau yakin ingin menemui play man?" Tanya si penakut, arashi.

Kau tahu? Meskipun arashi berbadan tinggi diantara kami bertiga, dia satu-satunya yang penakut dan masih mengenakan pempers meskipun usianya sudah 12 tahun.
Meskipun begitu, persahabatan kami bagaikan lem yang terlalu kuat ketika menempel pada suatu benda.

"Adam, menurut perkiraan mu kapan dia akan muncul? " tanyaku kepada Adam. Kemampuan analisis supernaturalnya diakui oleh semua orang di sekolah termasuk para guru. Jadi membuat adam mengikuti uji nyali ini adalah yang tepat.

"Menurutku, play man akan muncul jam 5.00 sore dan dia akan berdiri di pintu masuk ruang utama sekolah..." kata Adam sembari membaca catatan kecil dengan teliti.
"Adam, info yang kau dapati adalah sebenarnya kan?" Tanyaku.

Adam mengusapi lensa kacamatanya sembari berkata "tentu saja, karena aku ini'---". Kami mendengar suara bel tanda jam sore sudah tiba. Kami bertiga saling memandang lalu menguatkab hati kami untuk mengecek apakah play man benar-benar akan muncul.

Memang benar, kami melihat seorang dengan kantung plastik dengan gambar wajah yang aneh sedang berdiri di depan pintu masuk ruang utama sekolah.

Orang itu mengenakan kemeja putih lengan panjang yang menutupi semua tangannya dan memakai dasi yang tidak rapi. Selain itu, dilehernya tanpak tali tambang menjerat lehernya hingga darah membekas di talinya.

"Hira... dia benar-benar muncul... apa yang akan kita lakukan?" Tanya Arashi dengan kaki yang mulai bergemetar.

"Adam, apa benar dia itu si play man?" Tanyaku kepada Adam yang sibuk mencocokkan deskripsi saksi mata dengan yang ada di depan matanya.

"Benar... dia yang asli. Tapi aku tidak merasakan ada aura gaib pada dia. Apa benar dia makhluk halus... atau orang tua pysico yang gila membunuh anak'anak..." kata Adam.

"Memangnya kenapa?"

Adam menelan ludahnya sendiri lalu dia berkata " karena peralatan yang aku bwa tidak berguna pada manusia atau siluman. Jika firasatku memang benar, play man bukan manusia atau maklukh halus melainkan siluman yang ganas. Kita semua dalam bahaya....".
Aku melihat play man tidak beranjak dari posisinya. Dia terus berdiri mematung menatap kami bertiga.

Entah alasan apa yang membuat play man tidak mengejar kami yang ada di depannya. Yang jelas saat ini kami aman.

-ANAK ANAK AYO MAIN......
-KEMARILAH.....
-AKU PUNYA MAINAN BAGUS DI LUAR UNTUK KALIAN MAINKAN....
-AYO MAIN.....


Suara serak play man menggema di seluruh ruangan. Bulu kuduk kami semuanya langsung berdiri dan mencekam.

-AYOOOOO
-MAIN YUK.....

Adam maju sedikit lalu dia berkata "ke-kenapa kau tidak mau masuk? Apa karena kami tidak mengiyakan makanya kau tidak bisa menangkap kami?”. Adam menantang play man untuk memasuki sekolah. Aku melihat play man hanya berdiri dan terus membujuk kami agar mengiyakan ajakannya.

-AYO MAIN......

suara serak play man kembali terdengar. Tapi kali ini suaranya agak berat, dia terpancing hasutam adam.

Lalu play man terdiam sesaat. Play man merentangkan kedua tanganya di kedua sisi pintu geser sekolah.

-AYOOOOOO MAIN..........!!!!!!!
-AYOOOOOO MAIN..........!!!!!!!


Suara jeritan play man memecahkan telinga kami. Kami langsung berlari kembali dalam kelas karena telinga arashi sudah mengeluarkan darah sedangkan tanpa aku sadari hidungku mimisan

Bahkan meskipun kami sudah berada di lantai 2 suaranya masih terdengar. Jeritan plat man berlangsung selama 3 menit. Tapi kami itu bagaikan neraka karena gema suara yang mengrikan dapat membuat kami tidak sadarkan diri.

Jeritan play man terhenti. Sekolah kembali senyap seperti semula. Kami bertiga yang bersembunyi dibawah meja guru memberanikan diri untuk keluar dari sana. Kami melihat jam sudah pukul 6 sore. Adam duduk lemas lalu dia berkata " play man hanya muncul jam 5 sampai jam 6. Karena jam itu adalah bagi anak anak untuk pulang ke rumah....".

Aku dan arashi ikut duduk karena kaki kami terus gemetar. Aku mengatur napas dan melihat ke jendela. Aku melihat play man menempelkan wajah kantung plastik di jendela sembari menatap kami semua.

Arashi dan adam ikut melihat apa yang aku lihat. Ini adalah lantai 2 sedangkan seingatku tidak ada balkon di luar jendela. Play man melayang tepat di depan kelas kami.

"Àaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!"

Hari itu, ternyata guru wali kami masih mengerjakan pr kami. Jadi jeritan kami terdengar olehnya. Ketika guru wali kami muncul dikelas disaat itulah play man menghilang.

Jika di sekolahmu ada play man, kami sarankan jangan pulang terlalu sore atau play man akan menculikmu.


0 komentar:

Posting Komentar