Rabu, 26 Oktober 2016

A Tale of Scary Story - Chapter 05

STORY 5| CELAH
5 tahun yang lalu, aku mengalami pengalaman yang tidak bisa aku lupakan hingga hari ini.  Saat itu, untuk pertama kalinya aku pulang dari kerasnya pekerjaan di dunia kerja dan memutuskan untuk berlibur sejenak di kampung halaman.

Selain itu, alasan yang paling kuat adalah karena ibu memintaku untuk kembali ke desa setelah bertahun'tahun tidak kesana. Kampung halamanku tidak terlalu jauh namun tidak terlalu dekat pula. Desa kami menyimpan sejuta keindahan alam dan sejuta misteri lainnya.

Jadi memang cocok untuk menghilangkan letih selepas kerja berat. Jika kalian punya waktu, berkunjunglah di desa anamura karena orang-orang desa menyambut baik orang luar.

"Sota-chan, selamat datang... " sambut ibuku yang tanpak berdiri di depan rumah sembari melambaikan tangannya yang mulai terlihat keriput.

"Yo, sudah lama tidak jumpa bu..." kataku sembari memeluk tubuh yang sudah mulai tua itu.

"Mau makan atau mandi dulu?
"Tidak usah repot-repot bu..." kataku sembari memasuki rumah untuk pertama kalinya.


Suasana di dalan rumah tidak banyak berubah semenjak aku pergi ke Tokyo 10 tahun yang lalu. Namun hanya satu yang sama sekali tidak berubah, di semua sudut kamar pada rumah ini selalu ditutupi semacam jimat.

Aku tahu bahwa di desa ini banyak misteri yang menjadi maskot desa anamura. Semua misteri di desa sudah aku telusuri kecuali jimat pada setiap sudut rumah ini. Saat aku mencoba mencabut jimat, ibu langsung mencegah dan mengatakan itu hanya lubang di dinding.

Awalnya aku tidak tertarik namun rasa penasaran ini akan membuatku menyesal seumur hidupku. Jadi, aku memutuskan untuk melakukan itu malam berikutnya.

"Benar-benar banyak jimat di setiap sudut rumah ini. Masa setiap celah harus ditutup sih..." gumamku sembari mencabut satu persatu jimat yang menempel di dinding.

Rumahku ini sudah sangat tua jadi wajar banyak celah, semua karena mendiamg ayahku melarang merenovasi rumah ini karena ingin mengawetkan struktur asli bangunan tersebut. Ketika hampir semua jimat di dalam rumah aku cabut, ada menyadari ada satu jimat yang belum aku cabut yaitu di dalam lemari pakaianku.

"Yosh, yang ini terakhir... kalau ibu marah belakangan saja... huff".

Aku memasuki lemari pakaian yang cukup besar dan mencari jimat yang aku temukan pagi harinya. Aku menemukan jimat besar dan tanpa pikir panjang aku langsung mencabuti jimat itu.

Dan sesuai yang kuduga, di balik jinat besar itu terdapat celah yang cukup besar. Aku ingin melihat apa didalam celah itu tapi entah kenapa sesuatu membuatku mengurungkan niatku.

"Ha ha ha, yang namanya hantu atau sejenisnya tidak ada" kataku sembari menutup lemari pakaian tersebut.

Saat aku berbalik, aku melihat ibu berdiri mematung melihatku dengan tatapan kosong. Aku tidak mendengar suara langkah kaki atau pintu terbuka  Tahu-tahunya ibuku sudah berada di dalam kamar ini.

"Ibu? Kapan pulangnya? Kok tidak telpn dulu?" Kataku sembari menenangkan detak jantung yang sempat berdetak dengan kencang.

Ibu sama sekali tidak menjawab dan hanya menatapiku dengan wajah datar tanpa ekpressi apapun yang terlihat.

"Gi-gimana kabar nenek uchida? Apa encoknya sudah sembuh? I-ibu..."
Ibu dengan wajah datar menunjuk ke belakangku tanpa berbicara sedikitpun.

"A-ada apa? Apa ada sesuatu yang ingin ibu aku ambilkan?"
Lagi-lagi ibu tidak menjawab. Dan tiba-tiba terdengar suara rintihan dari dalam lemari itu.

-aaaaaaaaaaaaaaaaaa......
-tolo-oongggg.................

Aku langsung menoleh dan mencoba mendekati lemari tersebut.

"I-ibu suara apa yang..."

Ibu sudah tidak ada di dalam kamar. Menghilang seolah-olah memang tidak ada selama di dalam kamar bersamaku.

-aaaaaaaaaaaaaaaaa...........
-sa-kittt....panasss.............
-toloooong..........................

Suara rintihan wanita itu semakin jelas. Bulu kuduk seluruh tubuhku mulai berdiri dan menguasai pikiranku. Aku mengatur napasku dan langsung membuka lemari itu dengan cepat. Di saat aku membujanya suara rintihan itu menghilang dengan sendirinya.
Aku mendengar sesuatu dari balik pakaianku suara itu berasal dimana celah lebar itu. Aku mengintip dan melihat apa yang terjadi. Dan saat aku benar-benar mendekati celah itu, mataku berpapasan dengan seorang wanita pucat menatapku dengan dingin.
Mulut wanita itu terbuka dengan wajah yang mengerikan.

"GYAAAAH.....!!!!!!!!"

aku tersentak kaget dan langsung menutup lemari pakaianku.

"Si siapa wanita itu? Buset serem amat..." pikirku. Aku langsung keluar dari dalam kamarku dan mencari ibuku.

Namun aku tidak menemukan ibu dimanapun. Jadi ibu yang aku lihat tadi siapa?. Aku duduk di sofa sembari mengipas dengan kaosku karena keringat dingin yang membasahi tubuhku. Lagi, terdengar suara rintihan wanita itu. Kali ini suara berada di dalam ruang keluarga.

Mataku menyelesiri di setiap sudut dan menemukan celah lainnya.
"Hahaha mana mungkin....." gumamku.
Suara rintihan wanita itu semakin terdengar dengan jelas.
Aku melihat tangan muncul daru dalam celah itu. Celah itu tidak terlalu besar dan hanya sebsar anak kecil saja. Tapi apa yang aku saksikan tangan seseorang dewasa muncul dari celah itu. Perlahan seseorang muncul dan tanpa seorang wanita dengan wajah pucat merayap ingin keluar dari celah itu.

-aaaaaaaaaaaaaaaaaa...........

Aku tidak bisa berdiri dari sofa dan terus melihat wanita itu keluat dari celah itu. Wanita itu merayap di lantai sembari merintih meminta tolong. Tanpa aku sadari, wnita itu sudah dibawahku sembari menatap dingin dan kosong. Perlahan wanita itu merayap hingga wajah kami saling berhadapan.

-Tooolong....... daisukee........"

Ketika aku sadar, aku sudah berada di ranjangku. Ibuku tanpak cemas. Aku melihat celah di kmarku sudah di semen oleh pamanku.

Beberapa hari sebelum aku kembali ke tokyo, aku mengetahui bahwa 500 tahun silam ada sebuah keluarga samurai. Istri samurai itu sangat cantik sehingga menjadi incaran musuh. Suatu hari, istri samurai itu diperkosa dan disiksa di kamar rahasia yang sudah ada sejak lama.

Disaat sekarat, mereka menutupi dengan semen dan tertinggal celah di dinding itu. Semenjak saat itu, muncul legenda ana-onna dan anamura diambil dari legenda itu. Untuk pertama kalinya aku fobia dengn celah di dinding dan menutupi semua dengan semen.


0 komentar:

Posting Komentar