STORY
5| CELAH
5 tahun
yang lalu, aku mengalami pengalaman yang tidak bisa aku lupakan hingga hari
ini. Saat itu, untuk pertama kalinya aku
pulang dari kerasnya pekerjaan di dunia kerja dan memutuskan untuk berlibur
sejenak di kampung halaman.
Selain
itu, alasan yang paling kuat adalah karena ibu memintaku untuk kembali ke desa
setelah bertahun'tahun tidak kesana. Kampung halamanku tidak terlalu jauh namun
tidak terlalu dekat pula. Desa kami menyimpan sejuta keindahan alam dan sejuta
misteri lainnya.
Jadi
memang cocok untuk menghilangkan letih selepas kerja berat. Jika kalian punya
waktu, berkunjunglah di desa anamura karena orang-orang desa menyambut baik
orang luar.
"Sota-chan,
selamat datang... " sambut ibuku yang tanpak berdiri di depan rumah
sembari melambaikan tangannya yang mulai terlihat keriput.
"Yo,
sudah lama tidak jumpa bu..." kataku sembari memeluk tubuh yang sudah
mulai tua itu.
"Mau makan atau mandi dulu?
"Tidak usah repot-repot bu..." kataku sembari memasuki rumah untuk pertama kalinya.
Suasana
di dalan rumah tidak banyak berubah semenjak aku pergi ke Tokyo 10 tahun yang
lalu. Namun hanya satu yang sama sekali tidak berubah, di semua sudut kamar
pada rumah ini selalu ditutupi semacam jimat.
Aku
tahu bahwa di desa ini banyak misteri yang menjadi maskot desa anamura. Semua
misteri di desa sudah aku telusuri kecuali jimat pada setiap sudut rumah ini. Saat
aku mencoba mencabut jimat, ibu langsung mencegah dan mengatakan itu hanya
lubang di dinding.
Awalnya
aku tidak tertarik namun rasa penasaran ini akan membuatku menyesal seumur
hidupku. Jadi, aku memutuskan untuk melakukan itu malam berikutnya.
"Benar-benar
banyak jimat di setiap sudut rumah ini. Masa setiap celah harus ditutup
sih..." gumamku sembari mencabut satu persatu jimat yang menempel di
dinding.
Rumahku
ini sudah sangat tua jadi wajar banyak celah, semua karena mendiamg ayahku
melarang merenovasi rumah ini karena ingin mengawetkan struktur asli bangunan
tersebut. Ketika hampir semua jimat di dalam rumah aku cabut, ada menyadari ada
satu jimat yang belum aku cabut yaitu di dalam lemari pakaianku.
"Yosh,
yang ini terakhir... kalau ibu marah belakangan saja... huff".
Aku
memasuki lemari pakaian yang cukup besar dan mencari jimat yang aku temukan
pagi harinya. Aku menemukan jimat besar dan tanpa pikir panjang aku langsung
mencabuti jimat itu.
Dan
sesuai yang kuduga, di balik jinat besar itu terdapat celah yang cukup besar. Aku
ingin melihat apa didalam celah itu tapi entah kenapa sesuatu membuatku
mengurungkan niatku.
"Ha
ha ha, yang namanya hantu atau sejenisnya tidak ada" kataku sembari
menutup lemari pakaian tersebut.
Saat
aku berbalik, aku melihat ibu berdiri mematung melihatku dengan tatapan kosong.
Aku tidak mendengar suara langkah kaki atau pintu terbuka Tahu-tahunya ibuku sudah berada di dalam kamar
ini.
"Ibu?
Kapan pulangnya? Kok tidak telpn dulu?" Kataku sembari menenangkan detak
jantung yang sempat berdetak dengan kencang.
Ibu
sama sekali tidak menjawab dan hanya menatapiku dengan wajah datar tanpa
ekpressi apapun yang terlihat.
"Gi-gimana
kabar nenek uchida? Apa encoknya sudah sembuh? I-ibu..."
Ibu
dengan wajah datar menunjuk ke belakangku tanpa berbicara sedikitpun.
"A-ada
apa? Apa ada sesuatu yang ingin ibu aku ambilkan?"
Lagi-lagi
ibu tidak menjawab. Dan tiba-tiba terdengar suara rintihan dari dalam lemari
itu.
-aaaaaaaaaaaaaaaaaa......
-tolo-oongggg.................
-tolo-oongggg.................
Aku
langsung menoleh dan mencoba mendekati lemari tersebut.
"I-ibu
suara apa yang..."
Ibu
sudah tidak ada di dalam kamar. Menghilang seolah-olah memang tidak ada selama
di dalam kamar bersamaku.
-aaaaaaaaaaaaaaaaa...........
-sa-kittt....panasss.............
-toloooong..........................
-sa-kittt....panasss.............
-toloooong..........................
Suara
rintihan wanita itu semakin jelas. Bulu kuduk seluruh tubuhku mulai berdiri dan
menguasai pikiranku. Aku mengatur napasku dan langsung membuka lemari itu
dengan cepat. Di saat aku membujanya suara rintihan itu menghilang dengan
sendirinya.
Aku
mendengar sesuatu dari balik pakaianku suara itu berasal dimana celah lebar
itu. Aku mengintip dan melihat apa yang terjadi. Dan saat aku benar-benar
mendekati celah itu, mataku berpapasan dengan seorang wanita pucat menatapku
dengan dingin.
Mulut
wanita itu terbuka dengan wajah yang mengerikan.
"GYAAAAH.....!!!!!!!!"
aku
tersentak kaget dan langsung menutup lemari pakaianku.
"Si
siapa wanita itu? Buset serem amat..." pikirku. Aku langsung keluar dari
dalam kamarku dan mencari ibuku.
Namun
aku tidak menemukan ibu dimanapun. Jadi ibu yang aku lihat tadi siapa?. Aku
duduk di sofa sembari mengipas dengan kaosku karena keringat dingin yang
membasahi tubuhku. Lagi, terdengar suara rintihan wanita itu. Kali ini suara
berada di dalam ruang keluarga.
Mataku
menyelesiri di setiap sudut dan menemukan celah lainnya.
"Hahaha
mana mungkin....." gumamku.
Suara
rintihan wanita itu semakin terdengar dengan jelas.
Aku
melihat tangan muncul daru dalam celah itu. Celah itu tidak terlalu besar dan
hanya sebsar anak kecil saja. Tapi apa yang aku saksikan tangan seseorang
dewasa muncul dari celah itu. Perlahan seseorang muncul dan tanpa seorang
wanita dengan wajah pucat merayap ingin keluar dari celah itu.
-aaaaaaaaaaaaaaaaaa...........
Aku
tidak bisa berdiri dari sofa dan terus melihat wanita itu keluat dari celah
itu. Wanita itu merayap di lantai sembari merintih meminta tolong. Tanpa aku
sadari, wnita itu sudah dibawahku sembari menatap dingin dan kosong. Perlahan
wanita itu merayap hingga wajah kami saling berhadapan.
-Tooolong.......
daisukee........"
Ketika
aku sadar, aku sudah berada di ranjangku. Ibuku tanpak cemas. Aku melihat celah
di kmarku sudah di semen oleh pamanku.
Beberapa
hari sebelum aku kembali ke tokyo, aku mengetahui bahwa 500 tahun silam ada
sebuah keluarga samurai. Istri samurai itu sangat cantik sehingga menjadi
incaran musuh. Suatu hari, istri samurai itu diperkosa dan disiksa di kamar
rahasia yang sudah ada sejak lama.
Disaat
sekarat, mereka menutupi dengan semen dan tertinggal celah di dinding itu. Semenjak
saat itu, muncul legenda ana-onna dan anamura diambil dari legenda itu. Untuk
pertama kalinya aku fobia dengn celah di dinding dan menutupi semua dengan
semen.
0 komentar:
Posting Komentar