Jumat, 28 Oktober 2016

A Tale of Scary Story - Chapter 17

STORY 17| IBU
Nama-ku Aya Mizuki, 16 tahun. Aku saat ini sedang berada tahun kedua-ku di SMA FURIKANASHI. Pada akhir liburan musim panas lalu, aku telah kehilangan mama-ku yang tewas dalam kecelakaan beruntun ketika pulang kerja sore hari-nya.

Saat itu, aku sedang bertengkar hebat dengan-nya hanya karena persoalan yang sepele. Ya, ibu-ku menolak atas bantuan-ku dalam keperluan keseharian. Ibu-ku menolak dengan tegas ketika berhubungan dengan bekerja paruh waktu sepulang sekolah.

Sebelum aku meminta maaf atas kesalahan-ku, ibu-ku sudah pergi meninggalkan diriku sendirian. Semenjak Ayah meninggal, Ibu selalu bekerja keras untuk memenuhi kehidupan aku dan adik-ku yang masih bersekolah taman kanak-kanak.

Suatu hari, aku melihat Ayumu selalu melihat ke sudut kamar-nya saat tengah malam. Ketika aku menanyakan apa yang dia lihat , Ayumu malah tidak berani mengucapkan-nya dan selalu menggelengkan kepala-nya.

Keanehan tidak hanya itu, Ayumu sering mendekati-ku sambil menangis dan mata-nya selalu melihat sudut ruangan, entah itu ruang tamu, dapur dan sebagainya. Biasanya, ketika Ayumu mendadak ketakutan, ibu selalu memeluk-nya dan menyanyikan lagu kesukaan Ayumu hingga ia tenang kembali.

Karena aku yang paling tua di rumah saat ini, aku menggendong Ayumu dan mencoba melakukan hal yang sama seperti almarhum ibu-ku. Aku tidak sebaik ibu namun sebagai Kakak, aku harus menjadi pengganti ibu untuk Ayumu.

Ketika Ayumu sudah kembali tenang, aku menanyakan apa yang terjadi sehingga dia selalu ketakutan saat melihat sudut ruangan.

“A-chan, kenapa kau selalu ketakutan melihat sudut itu sih? Coba deh kasih tahu kakak kenapa?”
“aku melihat seorang perempuan gepeng sedang berdiri memperhatikan-ku… , kak aku takut…” kata Ayumu sembari memegang tangan-ku dengan kuat.

“perempuan gepeng? Maksud A-chan itu pengemis ya? Kok bisa masuk rumah sih? Malam hari lagi pula?” kata-ku terheran-heran.

Ayumu kembali terdiam dan tidak mau membicarakan apapun. Malam berikutnya, Aku mencoba mengecek kamar Ayumu untuk membuktikan perkataan-nya benar atau tidak. Aku melihat Ayumu sudah tertidur pulas, karena tidak mau mengganggu, aku hanya duduk disamping-nya sembari menatap sudut ruangan kamar.

Hingga jam 12 malam, aku tidak melihat perempuan gepeng yang dibicarakan oleh Ayumu. Tiba-tiba, Ayumu terbangun dan melihat ke sudut ruang dekat meja belajar-nya.
Ayumu menjerit ketakutan dengan cepat aku menghidupkan lampu dan segera memeluk-nya dengan kuat. Kali ini aku dapat melihat apa yang dilihat oleh Ayumu. Di sudut kamar dekat meja belajar-nya, seorang perempuan dengan tubuh yang sudah remuk berlumuran darah berdiri melihat ke arah kami dengan tatapan mata yang kosong.

Kami berdua saling menatap perempuan gepeng itu hingga tanpa sadar pagi sudah tiba. Aku bertanya-tanya kenapa ada arwah yang mengerikan di dalam rumah ini. Aku mencoba meneliti lebih dalam lagi, hingga aku kembali mengingat kejadian akhir musim panas lalu.

Ya, ibu-ku meninggal dunia terlindas bersama dengan mobil yang dikendarai-nya. Mobil yang melindas-nya merupakan mobil alat berat yang melesat begitu saja menghantam mobil yang ada di depan-nya. Air mata-ku menetes tanpa aku sadari.

Ah, bodoh-nya aku. Kenapa aku harus takut karena yang kami lihat tadi malam bukan orang asing, melainkan Ibu kami yang selalu mengawasi Ayumu dengan baik. Aku teringat, perkataan ibu-ku jauh sebelum kejadian mengerikan itu.
Ibu-ku berkata “apapun yang terjadi ibu akan selalu mengawasi kalian… , karena ibu sangat sangat sayang kepada kalian berdua”.

Malam berikut-nya, sosok ibu-ku terus memperhatikan kegiatan kami di dalam rumah. Setiap aku melihat sudut ruangan, aku melihat arwah-nya berdiri mematung seolah-olah sedang mengawasi kami berdua.

Beberapa hari kemudian aku mengajak Ayumu mengunjungi makam keluarga dan meminta doa kepada dewa agar diberikan jalan menuju ke Nirwarna agar dapat lahir kembali dan bergabung dengan kami suatu saat nanti.



0 komentar:

Posting Komentar