Rabu, 26 Oktober 2016

A Tale of Scary Story - Chapter 15

STORY 15| KASAKO-SAN
Pada hari yang cerah itu, di SMA FURIKANASHI telah mengadakan latihan tanding antara kelas 2-1 dan kelas 2-3 untuk hari pertemuan olah raga minggu depan. Peserta yang menjadi idola cewek tahun ini adalah Nakashi Ayako dan Miahara Miyuki. Mereka berdua memiliki catatan rekor pelari tercepat tahun ini dan selalu bersaing satu sama lain.

Ayako selalu mengharapkan pertandingan dengan Miyuki karena mereka berdua memiliki keinginan untuk saling mendahului dan menjadi yang terbaik di kelas-nya.
“Miyuki-san, meskipun ini persiapan untuk minggu depan, aku tidak akan menyerah loh” kata Ayako.

“umm, aku tidak akan kalah dari-mu juga, Ayako-san…” kata Miyuki sembari memberikan salam persahabatan sebelum bertanding.

Para peserta lain-nya juga mengharapkan yang sama, mereka ingin mengalahkan dua bintang kelas tersebut. Namun usaha mereka selalu gagal, karena mereka berdua memiliki kemampuan pengolahan napas yang ideal untuk lari dan postur tubuh yang ringan membuat mereka melesat dengan cepat.

Dari meja komentator, terlihat beberapa orang terkenal sedang mengamati mereka berdua. Ada yang selalu menulis, ada juga yang selalu melihat dengan serius dan sebagai-nya. Nakashi Asura, pelatih khusus Ayako dan Miyuki terlihat sedang mendiskusikan sesuatu kepada salah satu orang penting tersebut.

Miyuki melihat para komentator itu dengan serius, wajah-nya mendadak tegang namun dia berusaha untuk tidak menunjukkan pada semua orang terutama rival abadi-nya, Ayako.

‘yak, sebentar lagi uji coba lari menengah akan dimulai, aku Yuki dari klub radio sekolah akan membawa acara pada hari ini!” teriak seorang perempuan pendek berambut merah dengan semangat-nya dari meja komentator.

“seperti yang kalian ketahui, kedua bintang kelas ini akan berlomba untuk mencari perhatian para pelatih dari luar negeri yang sengaja diundang oleh Pak Asura. Siapakah yang akan berhasil merebut hari para pelatih itu….? Ayo kita saksikan bersama-sama!”

-PRITTTTTTTTT

Suara siulan tanda pertandingan dimulai sudah berbunyi. Ayako dan Miyuki serta peserta lain-nya memulai lari untuk menjadi juara pertama. Perlintasan lari tahun ini, diadakan pada jalan menuju bukit Sekolah yang terjal, salah sedikit saja maka berakhir.

Ayako terlihat berlari dengan secepat mungkin, napas-nya yang teratur membuat-nya dia berlari dengan cepat. Dia melihat Miyuki sudah menyusul-nya dengan cepat. Miyuki memberikan tanda untuk memulai pertandingan antar mereka berdua. Mereka berlari terus menerus tanpa henti dan saling mendahului, terkadang Ayako memimpin atau Miyuki malah yang memimpin. Dan pada akhir lintasan, mereka berlari sekuat tenaga.

-PRIIIIIIIITTTTTTTTTTT

Ayako dan Miyuki memasuki garis finish secara bersamaan. Para penonton dan komentator terkagum-kagum dengan kemampuan berlari mereka yang mengesankan. Namun antara Ayako dan Miyuki terlihat tidak ada rasa kepuasan sedikitpun. Mereka saling menyembunyikan kekesalan mereka masing-masing dan bersikap seperti biasa-nya.

“Miyuki-san, pertandingan ini seri juga ya…” kata Ayako dengan tersenyum riang.
“umm, seperti yang diharapkan dari Ayako-san, kau selalu berhasil mengikuti irama lari musuh-mu…” kata Miyuki sembari membalas senyuman-nya.
Asura menghampiri mereka berdua dan menyuruh mereka untuk menyapa para komentator. Namun baik Ayako maupun Miyuki tidak ada yang terlihat bersemangat sedikitpun. Mereka berusaha tersenyum dan menyapa para komentator seperti biasa.

#ruang istirahat pelari.

“fyuuuuh, segar-nya, minuman dingin memang yang terbaik sesudah berlari ya…” kata Ayako sembari merenggangkan kaki dan bahu-nya.
“umm, minuman dingin memang yang terbaik…” jawab Miyuki seadanya.

“seperti yang diharapkan dari bintang kelas…, Miyuki-san dan Ayako-san tidak bisa dikalahkan oleh siapapun ya… “ kata Airi sembari memberikan handuk yang dingin kepada mereka berdua.

“ya! Kalian berdua terlihat bersinar saat berlari… , seandainya kami bisa berlari seperti itu…” kata Shiori.
“kalau kalian berusaha lebih pasti bisa kok, semangat dan latihan yang tepat mungkin akan berhasil loh” kata Ayako dengan semangat.

“umm, setidaknya kalian mengatur pola makan kalian dan latihan terus…” kata Miyuki seadanya.
Airi dan Shiori saling memandang lalu memperhatikan postur tubuh dan pada akhirnya mereka mengeluh secara bersamaan.

“tapi mau gimana lagi ya… , Ayako-san dan Miyuki-san memang tak tertandingi” kata Airi.
“ya, kalau pada hari yang sebenarnya, alangkah baik-nya kalau salah satu dari mereka yang menang.. karena kita tidak membutu—“
Sebelum Shiori menyelesaikan pembicaraan, Airi menyikut pinggul-nya dan berkata “sssh, jangan bilang begitu dong, lihat mereka berdua suram kan…” bisik-nya.

“a-nu… , jangan terlalu dipikirkan ya…” kata Airi lalu dia menarik tangan Shiori untuk meninggalkan mereka berdua.
“---“

“hey, Miyuki-san, apakah salah satu dari kita pernah menang?” kata Ayako.
“tidak pernah, semenjak hari pertama kita bertemu hingga sekarang tidak ada yang berubah” jawab Miyuki seadanya.

“---“
“---“

Mereka berdua saling tenggelam dengan pikiran mereka masing-masing hingga uji coba lari berakhir.

-!!-

#rumah Ayako, 07.00 AM.

Tiga hari sebelum pertemuan olah raga diadakan, hujan deras mulai turun di Tokyo, Ayako yang selalu berlatih di awal pagi membuat-nya harus membatalkan rutinitas harian. Ayako hanya pasrah dan bersiap untuk pergi ke sekolah dengan berjalan dan tidak berlari seperti biasa-nya.

“ah, Ayako-chan, bisa bantu ibu?” kata Lala, ibu Ayako yang sedang membereskan sarapan pagi seperti biasa-nya.

“ya…” jawab Ayako sembari membantingkan majalah yang dibaca-nya di atas sofa. Ayako dan ibu-nya hanya tinggal berdua di rumah besar seperti ini semenjak sang Ayah meninggal. Meskipun tidak terlalu besar, penghuni yang hanya dia dan ibu-nya tentu-nya sangat berlebihan untuk mereka.

“oh ya, sebentar lagi ada pekan olah raga di sekolah-mu kan?” tanya Lala dengan semangat.
“umm, 3 hari lagi sih…” kata Ayako sembari meletakkan beberapa makanan di atas meja.

“tahun ini, Ayako-chan harus menang ya? Karena mungkin ini akan menjadi kado buat Ayah-mu di sana…” kata Lala sembari tersenyum seperti biasa-nya.
Tangan Ayako terlihat gemetar, dia tidak harus mengatakan apapun kepada sang ibu. Dia hanya membalas dengan anggukan seperti biasa-nya.

“tapi… , untuk menjadi nomor satu. Ayako-chan harus mengalahkan Miyuki-chan ya…, memang sulit sih. Tapi berjuang ya??” kata Lala sembari menepuk bahu Ayako dengan agak kuat.

“karena percuma kalau ada 2 yang terbaik, salah satu dari kalian harus menjadi yang nomor satu” kata Lala dengan datar. Wajah Ayako mendadak tegang, nafsu makan-nya mulai berkurang. Dengan hari yang gemetar, dia berkata “baiklah, aku akan menjadi nomor satu!” kata Ayako sembari tersenyum.

#rumah Miyuki, 07.00 AM – di saat yang sama.

“Miyuki, bagaimanapun kau harus menang! Karena di keluarga kita terkenal dengan atletis…. , jadi jangan pernah mengecewakan keluarga besar-mu!” kata Fujihiro dengan keras kepada Miyuki di ruang makan seperti biasa-nya.

“benar, kata Ayah-mu, kau harus menang! Kalahkan Ayako dan buat dia menelan debu kekalahan-nya sendiri. Karena di dunia ini, tidak membutuhkan dua bintang yang terbaik!” kata Kayako.

Miyuki segera mengambil tas-nya dan berkata “baiklah, akan aku kalahkan Ayako-san dengan segenap kekuatan-ku!”.

--!!-
Ayako memutuskan untuk berlari di tengah hujan yang tidak begitu deras tersebut. Dengan mantel kuning yang tipis, dia berlari menembus genangan air akibat dari hujan tersebut. Dalam pikiran-nya, dia harus bisa memenangkan perlombaan pada pertemuan tersebut demi hadiah dari sang Ayah.

Setelah berlari beberapa puluh meter, Ayako melihat seorang lagi yang sedang berlari menerobos hujan dengan mantel berwarna pink. Ayako mengenal warna mantel itu dan segera menyusul-nya. Ternyata Miyuki memikirkan hal yang sama dengan-nya.
Sembari terus berlari, Ayako berkata “ hhhhhh, Ternyata kita satu pikiran ya…!”. Miyuki terlihat terdiam sesaat lalu dia berkata “Ayako-san, pada saat hari pertandingan, kita bertaruh siapa yang paling cepat. Aku akan serius memenangkan lomba itu.”

Ayako melambat lari-nya sejenak, dia terlihat terkejut mendengar hal yang sama seperti yang terpikirkan oleh-nya. Dengan wajah yang serius, dia mempercepat lari-nya dan berhasil mendahului Miyuki dan berteriak “benar! Aku tidak akan melewatkan kesempatan tahun ini!”.

Miyuki tersenyum sesaat lalu dia berlari untuk mengejar ketinggalan-nya.  Mereka berlari dengan penuh ambisi namun dalam hati Ayako dan Miyuki merasa sangat lega. Akhirnya mereka bisa mengutarakan perasaan mereka masing-masing.

Tiba-tiba Ayako memberhentikan lari-nya dan berdiri terdiam di tengah jalan. Miyuki yang melihat-nya juga melakukan hal yang sama dan melihat apa yang membuat dia memberhentikan lari-nya. Di tengah hujan gerimis yang agak deras, seorang wanita bergaun putih sedang berjalan dengan tertatih-tatih.

Wanita itu terlihat sedang memegang sesuatu di tangan kiri-nya dan berjalan menghampiri Ayako dan Miyuki. Setelah wanita itu sudah agak dekat dengan mereka, dia berkata “dimana payung merah-ku….?”. Miyuki dan Ayako saling berpandangan. Mereka melihat payung yang dia bicarakan saat ini sudah dipegang-nya. Tapi, kenapa dia menanyakan itu?

“bukan-nya payung merah ada di ta-----, eh????”, Sebelum menyelesaikan perkataan-nya, Miyuki terhenti seketika. Setelah diperhatikan dengan baik-baik, sesuatu yang mirip payung merah itu adalah tangan kanan wanita itu yang sudah terputus. Darah terus mengalir dari potongan tangan yang dia pegang. Genangan air di sekitar-nya langsung berubah menjadi warna merah.

“dimana payung-ku…………….” Kata wanita itu sembari terus mendekati mereka berdua. Miyuki dan Ayako tidak bisa berkata apapun, setelah mereka sadari, wanita itu sudah menghilang.

-!!-

#kelas Ayako 2-1, 08.00 AM – SMA FURIKANASHI.

“EH………………????!!!!!” Teriak beberapa teman yang ada di dalam kelas-nya ketika mereka mendengar apa yang dibicarakan oleh Ayako. Mereka terlihat saling menelan ludah sendiri, ada yang berpura-pura mengecek sesuatu di ponsel dan ada juga yang terlihat menutup telinga mereka.

“a-ada apa? Kenapa kalian seperti ketakutan sih? Kan Cuma aku dan Miyuki-san yang mengalami-nya…” kata Ayako terheran-heran. Seorang laki-laki diantara kerumunan orang itu berkata “Gawat nih, kalian pasti sudah bertemu dengan dia…”. Seorang perempuan yang lain juga mengatakan hal yang sama.

Ayako merasa sangat penasaran, lalu dia berkata “siapa?”, dia melihat reaksi semua orang mendadak berubah menjadi tegang. Airi yang mendengar pembicaraan dari mereka, dia langsung menghampiri Ayako dan berkata “Kasako-san! Dia sangat terkenal di daerah sini loh…”.

“siapa?” kata Ayako yang masih belum mengerti apa yang dia bicarakan barusan. Airi mengatur napas-nya sebentar lalu dia berkata “Kasako-san, dia adalah hantu yang selalu datang pada musim hujan seperti ini. Dia biasa-nya datang pada hari pertama dan akhir musim hujan dan menemui seseorang yang sendirian di tengah hujan seperti ini. Ada yang bilang kalau kalian tidak menemukan payung sebelum hari ke tiga maka dia akan memutuskan tangan-mu dan menusuk langsung ke dada dengan potongan tangan-mu sendiri.”.

Wajah Ayako terlihat tegang lalu dia berkata “ jadi--- apa yang harus kami lakukan?”. Mereka semua terdiam sejenak lalu salah satu dari mereka berkata “temukan payung merah itu. Aku dengar dia adalah mantan guru disini loh”. Ayako dan Airi mengenal suara itu, dari kerumunan orang itu, Yuki terlihat sedang menunjukkan artikel yang dia bawa dan menunjukkan kepada mereka berdua.

Yuki berkata” nama-nya Kasako Ai, dia adalah guru IPA di sekolah ini pada 20 tahun yang lalu. Dia sering diganggu oleh para siswa karena penampilan saat mengajar selalu memakai pakaian serba hitam.

“Suatu hari, payung merah kesayangan-nya, disembunyikan oleh seseorang di suatu tempat. Saat itu hujan sangat deras, dia terus mencari payung-nya di seluruh sekolah dan di luar lingkungan sekolah. Hingga sesuatu yang mengerikan terjadi, dia dilanggar oleh truk yang sedang mengebut dan terpental sangat jauh. Tangan kanan-nya terputus dan sebagian kepala-nya pecah hingga otak berceceran ditempat kejadian”.

Ayako terlihat hampir mau menangis lalu Airi dan yang lain-nya memutuskan untuk membantu masalah-nya dan berharap menemukan payung sebelum batas akhir. Dengan perasaan yang campur aduk, Ayako menghampiri Miyuki di kelas-nya dan membicarakan solusi atas masalah mereka berdua.

-!!-

Hari pertama, mereka mulai mencari beberapa tempat yang tidak terpikirkan oleh para guru. Mereka mencari sebelum jam pelajaran berakhir. Tapi, mereka tidak menemukan petunjuk apapun. Hari kedua, kali ini mereka memeriksa di tempat pembuangan sampah, namun hasil-nya nihil. Pada hari ketiga, Miyuki dan Ayako terlihat sangat tertekan dan ketakutan. Ini merupakan hari terakhir mereka menemukan payung merah tersebut.

“kau tahu? Ibu-ku meminta aku memenangkan pertandingan hari ini sebagai hadiah untuk ayah yang sudah meninggal. Awalnya aku tidak tahu harus berbuat apapun, tapi akhirnya aku memutuskan untuk memenangkan-nya apapun yang terjadi” kata Ayako sembari menahan air mata-nya.

“aku juga! Aku juga mau kita selamat dan kembali berlari di arena hari ini, tapi… tapi…,” Airmata Miyuki mulai keluar dan membasahi pipi-nya. “tapi--, apa yang harus kita lakukan? Kita tidak bisa menemukan keberadaan payung makhluk sialan itu…” kata Miyuki melanjutkan pembicaraan-nya.

Ayako menghapus air mata-nya dan berkata “kalau begitu, ayo kita cari lagi!”, Ayako melihat truk sampah yang kebetulan melewati mereka dan berlari menemui petugas kebersihan tersebut. Lalu Miyuki segera berlari mengejar Ayako dari belakang.

“Ada apa?” kata petugas kebersihan itu sembari memperhatikan Miyuki dan Ayako kecapekan karena berlari tanpa pengaturan napas yang benar.
“pak, tolong izikan kami untuk membongkar muatan ini…!” teriak Miyuki.

“apa? Jangan bercanda!” kata petugas itu.
Ayako terus memperhatikan bagian yang akan dicari-nya, tanpa izin dari petugas itu, dia langsung berlari menuju ke tempat daur ulang yang banyak payung bekas tersebut.

“oi oi” kata petugas itu sembari mencoba memberhentikan Ayako. Namun akhirnya dia mengalah dan berkata “terserah kalian! Tapi jangan sampai berserakan di jalan!” kata petugas itu dengan kesal.

Miyuki dan Ayako terus mencari payung di tumpukan sampah daur ulang itu. Miyuki terlihat sangat kesal dan mulai menangis sambil terus mencari payung merah dengan nama Kasako Ai. Di tengah hujan deras, mereka terus mencari payung itu sedangkan petugas itu terlihat tidak sabar.

Di ambang keputusasaan, Ayako berhasil menemukan payung merah yang dimaksud. “Miyu---“, Ayako memberhentikan perkataan-nya dan berpura-pura mencari payung itu.

Miyuki menyadari apa yang disembunyikan oleh Ayako dari-nya. Miyuki menggenggam lengan Ayako dengan kuat dan berkata” kenapa…, kenapa kau menyembunyikan itu dari-ku…”, mata Miyuki berubah menjadi dingin dan kosong. Tangan-nya terus meremas tangan Ayako dengan kuat sehingga Ayako menjerit kesakitan.

Dengan paksa, Ayako berhasil melepaskan tangan-nya dan berlari meninggalkan Miyuki. Ayako terus berlari sembari berpikir bahwa dia akhirnya bisa mengabulkan permintaan Ibu-nya dengan mengorbankan Miyuki sebagai tumbal Kasako-san.
Namun, terlihat Miyuki mengejar Ayako dengan penuh emosi, dengan lari yang lebih cepat dari Ayako dan berhasil mengejar-nya. Miyuki mencoba merampas payung dari genggaman Ayako sembari menyikut bahu-nya agar dia terjatuh. Ayako tidak mau menyerah dan mempertahankan payung itu.

Namun tiba-tiba seorang pengendara motor melewati diantara mereka berdua dengan kencang, payung yang Ayako pegang terhempas dan jatuh di tengah jalan. Sebelum Ayako bertindak, Miyuki segera berlari untuk mendapatkan Payung itu.

Ayako terlihat berdiri mematung, lalu dia menyadari ada mobil yang melaju dengan cepat. Selain itu, dia menyadari bahwa Kasako-san sudah berada di dekat-nya. Pandangan mata-nya berubah menjadi kosong dan tersenyum dingin. Dengan tenang-nya, dia berlari dan mendorong Miyuki dengan kuat sebelum mendapatkan payung itu.

-KYAAAAAAAAAAAA , BRUAAAAAAAK.

Tubuh Miyuki terhempas dengan sangat jauh dan tewas seketika. Ayako tersenyum sembari berjalan menatap tubuh Miyuki yang tidak berdaya dan mengambil payung itu. “dimana payungkuuuu…” kata Kasako sembari memperlihatkan wajah-nya yang sebagian hancur itu.

-!!-

Ketika pertemuan olah raga dimulai, hujan sudah berhenti. Ayako dengan tenang-nya berlari tanpa pesaing abadi-nya, Miyuki. Akhirnya dia berhasil memenangkan lomba dan memenuhi keinginan ibu-nya.
Beberapa minggu setelah-nya, hujan kembali turun. Ayako berlari seperti biasa di tengah hujan. Di tengah hujan, Ayako melihat seorang anak perempuan seusia-nya berjalan dengan tertatih-tatih sembari memegang tangan kanan-nya yang putus.

“Mi-----yuki-san???”  kata Ayako sembari memperhatikan seseorang yang mirip dengan Miyuki.

“kenapa……” , Ayako terdiam terpaku dan air mata-nya mengalir dengan deras. Saat seseorang itu sudah berada di dekat-nya dia berkata “dimana payung-ku…..”.


0 komentar:

Posting Komentar