STORY
15| KASAKO-SAN
Pada hari yang cerah itu, di SMA
FURIKANASHI telah mengadakan latihan tanding antara kelas 2-1 dan kelas 2-3
untuk hari pertemuan olah raga minggu depan. Peserta yang menjadi idola cewek
tahun ini adalah Nakashi Ayako dan Miahara Miyuki. Mereka berdua memiliki
catatan rekor pelari tercepat tahun ini dan selalu bersaing satu sama lain.
Ayako selalu mengharapkan pertandingan
dengan Miyuki karena mereka berdua memiliki keinginan untuk saling mendahului
dan menjadi yang terbaik di kelas-nya.
“Miyuki-san, meskipun ini persiapan
untuk minggu depan, aku tidak akan menyerah loh” kata Ayako.
“umm, aku tidak akan kalah dari-mu
juga, Ayako-san…” kata Miyuki sembari memberikan salam persahabatan sebelum
bertanding.
Para peserta lain-nya juga mengharapkan
yang sama, mereka ingin mengalahkan dua bintang kelas tersebut. Namun usaha
mereka selalu gagal, karena mereka berdua memiliki kemampuan pengolahan napas
yang ideal untuk lari dan postur tubuh yang ringan membuat mereka melesat
dengan cepat.
Dari meja komentator, terlihat beberapa
orang terkenal sedang mengamati mereka berdua. Ada yang selalu menulis, ada
juga yang selalu melihat dengan serius dan sebagai-nya. Nakashi Asura, pelatih
khusus Ayako dan Miyuki terlihat sedang mendiskusikan sesuatu kepada salah satu
orang penting tersebut.
Miyuki melihat para komentator itu
dengan serius, wajah-nya mendadak tegang namun dia berusaha untuk tidak
menunjukkan pada semua orang terutama rival abadi-nya, Ayako.
‘yak, sebentar lagi uji coba lari
menengah akan dimulai, aku Yuki dari klub radio sekolah akan membawa acara pada
hari ini!” teriak seorang perempuan pendek berambut merah dengan semangat-nya
dari meja komentator.
“seperti yang kalian ketahui, kedua
bintang kelas ini akan berlomba untuk mencari perhatian para pelatih dari luar
negeri yang sengaja diundang oleh Pak Asura. Siapakah yang akan berhasil
merebut hari para pelatih itu….? Ayo kita saksikan bersama-sama!”
-PRITTTTTTTTT
Suara siulan tanda pertandingan dimulai
sudah berbunyi. Ayako dan Miyuki serta peserta lain-nya memulai lari untuk
menjadi juara pertama. Perlintasan lari tahun ini, diadakan pada jalan menuju
bukit Sekolah yang terjal, salah sedikit saja maka berakhir.
Ayako terlihat berlari dengan secepat
mungkin, napas-nya yang teratur membuat-nya dia berlari dengan cepat. Dia
melihat Miyuki sudah menyusul-nya dengan cepat. Miyuki memberikan tanda untuk
memulai pertandingan antar mereka berdua. Mereka berlari terus menerus tanpa henti
dan saling mendahului, terkadang Ayako memimpin atau Miyuki malah yang
memimpin. Dan pada akhir lintasan, mereka berlari sekuat tenaga.
-PRIIIIIIIITTTTTTTTTTT
Ayako dan Miyuki memasuki garis finish
secara bersamaan. Para penonton dan komentator terkagum-kagum dengan kemampuan
berlari mereka yang mengesankan. Namun antara Ayako dan Miyuki terlihat tidak
ada rasa kepuasan sedikitpun. Mereka saling menyembunyikan kekesalan mereka
masing-masing dan bersikap seperti biasa-nya.
“Miyuki-san, pertandingan ini seri juga
ya…” kata Ayako dengan tersenyum riang.
“umm, seperti yang diharapkan dari
Ayako-san, kau selalu berhasil mengikuti irama lari musuh-mu…” kata Miyuki
sembari membalas senyuman-nya.
Asura menghampiri mereka berdua dan
menyuruh mereka untuk menyapa para komentator. Namun baik Ayako maupun Miyuki
tidak ada yang terlihat bersemangat sedikitpun. Mereka berusaha tersenyum dan
menyapa para komentator seperti biasa.
#ruang istirahat pelari.
“fyuuuuh, segar-nya, minuman dingin
memang yang terbaik sesudah berlari ya…” kata Ayako sembari merenggangkan kaki
dan bahu-nya.
“umm, minuman dingin memang yang
terbaik…” jawab Miyuki seadanya.
“seperti yang diharapkan dari bintang
kelas…, Miyuki-san dan Ayako-san tidak bisa dikalahkan oleh siapapun ya… “ kata
Airi sembari memberikan handuk yang dingin kepada mereka berdua.
“ya! Kalian berdua terlihat bersinar
saat berlari… , seandainya kami bisa berlari seperti itu…” kata Shiori.
“kalau kalian berusaha lebih pasti bisa
kok, semangat dan latihan yang tepat mungkin akan berhasil loh” kata Ayako
dengan semangat.
“umm, setidaknya kalian mengatur pola
makan kalian dan latihan terus…” kata Miyuki seadanya.
Airi dan Shiori saling memandang lalu
memperhatikan postur tubuh dan pada akhirnya mereka mengeluh secara bersamaan.
“tapi mau gimana lagi ya… , Ayako-san
dan Miyuki-san memang tak tertandingi” kata Airi.
“ya, kalau pada hari yang sebenarnya,
alangkah baik-nya kalau salah satu dari mereka yang menang.. karena kita tidak
membutu—“
Sebelum Shiori menyelesaikan pembicaraan,
Airi menyikut pinggul-nya dan berkata “sssh, jangan bilang begitu dong, lihat
mereka berdua suram kan…” bisik-nya.
“a-nu… , jangan terlalu dipikirkan ya…”
kata Airi lalu dia menarik tangan Shiori untuk meninggalkan mereka berdua.
“---“
“hey, Miyuki-san, apakah salah satu
dari kita pernah menang?” kata Ayako.
“tidak pernah, semenjak hari pertama
kita bertemu hingga sekarang tidak ada yang berubah” jawab Miyuki seadanya.
“---“
“---“
Mereka berdua saling tenggelam dengan
pikiran mereka masing-masing hingga uji coba lari berakhir.
-!!-
#rumah Ayako, 07.00 AM.
Tiga hari sebelum pertemuan olah raga
diadakan, hujan deras mulai turun di Tokyo, Ayako yang selalu berlatih di awal
pagi membuat-nya harus membatalkan rutinitas harian. Ayako hanya pasrah dan
bersiap untuk pergi ke sekolah dengan berjalan dan tidak berlari seperti
biasa-nya.
“ah, Ayako-chan, bisa bantu ibu?” kata
Lala, ibu Ayako yang sedang membereskan sarapan pagi seperti biasa-nya.
“ya…” jawab Ayako sembari membantingkan
majalah yang dibaca-nya di atas sofa. Ayako dan ibu-nya hanya tinggal berdua di
rumah besar seperti ini semenjak sang Ayah meninggal. Meskipun tidak terlalu
besar, penghuni yang hanya dia dan ibu-nya tentu-nya sangat berlebihan untuk
mereka.
“oh ya, sebentar lagi ada pekan olah
raga di sekolah-mu kan?” tanya Lala dengan semangat.
“umm, 3 hari lagi sih…” kata Ayako
sembari meletakkan beberapa makanan di atas meja.
“tahun ini, Ayako-chan harus menang ya?
Karena mungkin ini akan menjadi kado buat Ayah-mu di sana…” kata Lala sembari
tersenyum seperti biasa-nya.
Tangan Ayako terlihat gemetar, dia
tidak harus mengatakan apapun kepada sang ibu. Dia hanya membalas dengan
anggukan seperti biasa-nya.
“tapi… , untuk menjadi nomor satu.
Ayako-chan harus mengalahkan Miyuki-chan ya…, memang sulit sih. Tapi berjuang
ya??” kata Lala sembari menepuk bahu Ayako dengan agak kuat.
“karena percuma kalau ada 2 yang
terbaik, salah satu dari kalian harus menjadi yang nomor satu” kata Lala dengan
datar. Wajah Ayako mendadak tegang, nafsu makan-nya mulai berkurang. Dengan
hari yang gemetar, dia berkata “baiklah, aku akan menjadi nomor satu!” kata
Ayako sembari tersenyum.
#rumah Miyuki, 07.00 AM – di saat yang
sama.
“Miyuki, bagaimanapun kau harus menang!
Karena di keluarga kita terkenal dengan atletis…. , jadi jangan pernah
mengecewakan keluarga besar-mu!” kata Fujihiro dengan keras kepada Miyuki di
ruang makan seperti biasa-nya.
“benar, kata Ayah-mu, kau harus menang!
Kalahkan Ayako dan buat dia menelan debu kekalahan-nya sendiri. Karena di dunia
ini, tidak membutuhkan dua bintang yang terbaik!” kata Kayako.
Miyuki segera mengambil tas-nya dan
berkata “baiklah, akan aku kalahkan Ayako-san dengan segenap kekuatan-ku!”.
--!!-
Ayako memutuskan untuk berlari di
tengah hujan yang tidak begitu deras tersebut. Dengan mantel kuning yang tipis,
dia berlari menembus genangan air akibat dari hujan tersebut. Dalam
pikiran-nya, dia harus bisa memenangkan perlombaan pada pertemuan tersebut demi
hadiah dari sang Ayah.
Setelah berlari beberapa puluh meter,
Ayako melihat seorang lagi yang sedang berlari menerobos hujan dengan mantel
berwarna pink. Ayako mengenal warna mantel itu dan segera menyusul-nya.
Ternyata Miyuki memikirkan hal yang sama dengan-nya.
Sembari terus berlari, Ayako berkata “
hhhhhh, Ternyata kita satu pikiran ya…!”. Miyuki terlihat terdiam sesaat lalu
dia berkata “Ayako-san, pada saat hari pertandingan, kita bertaruh siapa yang
paling cepat. Aku akan serius memenangkan lomba itu.”
Ayako melambat lari-nya sejenak, dia
terlihat terkejut mendengar hal yang sama seperti yang terpikirkan oleh-nya.
Dengan wajah yang serius, dia mempercepat lari-nya dan berhasil mendahului
Miyuki dan berteriak “benar! Aku tidak akan melewatkan kesempatan tahun ini!”.
Miyuki tersenyum sesaat lalu dia
berlari untuk mengejar ketinggalan-nya. Mereka berlari dengan penuh
ambisi namun dalam hati Ayako dan Miyuki merasa sangat lega. Akhirnya mereka
bisa mengutarakan perasaan mereka masing-masing.
Tiba-tiba Ayako memberhentikan lari-nya
dan berdiri terdiam di tengah jalan. Miyuki yang melihat-nya juga melakukan hal
yang sama dan melihat apa yang membuat dia memberhentikan lari-nya. Di tengah
hujan gerimis yang agak deras, seorang wanita bergaun putih sedang berjalan
dengan tertatih-tatih.
Wanita itu terlihat sedang memegang
sesuatu di tangan kiri-nya dan berjalan menghampiri Ayako dan Miyuki. Setelah
wanita itu sudah agak dekat dengan mereka, dia berkata “dimana payung
merah-ku….?”. Miyuki dan Ayako saling berpandangan. Mereka melihat payung yang
dia bicarakan saat ini sudah dipegang-nya. Tapi, kenapa dia menanyakan itu?
“bukan-nya payung merah ada di ta-----,
eh????”, Sebelum menyelesaikan perkataan-nya, Miyuki terhenti seketika. Setelah
diperhatikan dengan baik-baik, sesuatu yang mirip payung merah itu adalah
tangan kanan wanita itu yang sudah terputus. Darah terus mengalir dari potongan
tangan yang dia pegang. Genangan air di sekitar-nya langsung berubah menjadi
warna merah.
“dimana payung-ku…………….” Kata wanita
itu sembari terus mendekati mereka berdua. Miyuki dan Ayako tidak bisa berkata
apapun, setelah mereka sadari, wanita itu sudah menghilang.
-!!-
#kelas Ayako 2-1, 08.00 AM – SMA
FURIKANASHI.
“EH………………????!!!!!” Teriak beberapa
teman yang ada di dalam kelas-nya ketika mereka mendengar apa yang dibicarakan
oleh Ayako. Mereka terlihat saling menelan ludah sendiri, ada yang berpura-pura
mengecek sesuatu di ponsel dan ada juga yang terlihat menutup telinga mereka.
“a-ada apa? Kenapa kalian seperti
ketakutan sih? Kan Cuma aku dan Miyuki-san yang mengalami-nya…” kata Ayako
terheran-heran. Seorang laki-laki diantara kerumunan orang itu berkata “Gawat
nih, kalian pasti sudah bertemu dengan dia…”. Seorang perempuan yang lain juga
mengatakan hal yang sama.
Ayako merasa sangat penasaran, lalu dia
berkata “siapa?”, dia melihat reaksi semua orang mendadak berubah menjadi
tegang. Airi yang mendengar pembicaraan dari mereka, dia langsung menghampiri
Ayako dan berkata “Kasako-san! Dia sangat terkenal di daerah sini loh…”.
“siapa?” kata Ayako yang masih belum
mengerti apa yang dia bicarakan barusan. Airi mengatur napas-nya sebentar lalu
dia berkata “Kasako-san, dia adalah hantu yang selalu datang pada musim hujan
seperti ini. Dia biasa-nya datang pada hari pertama dan akhir musim hujan dan
menemui seseorang yang sendirian di tengah hujan seperti ini. Ada yang bilang kalau
kalian tidak menemukan payung sebelum hari ke tiga maka dia akan memutuskan
tangan-mu dan menusuk langsung ke dada dengan potongan tangan-mu sendiri.”.
Wajah Ayako terlihat tegang lalu dia
berkata “ jadi--- apa yang harus kami lakukan?”. Mereka semua terdiam sejenak
lalu salah satu dari mereka berkata “temukan payung merah itu. Aku dengar dia
adalah mantan guru disini loh”. Ayako dan Airi mengenal suara itu, dari
kerumunan orang itu, Yuki terlihat sedang menunjukkan artikel yang dia bawa dan
menunjukkan kepada mereka berdua.
Yuki berkata” nama-nya Kasako Ai, dia
adalah guru IPA di sekolah ini pada 20 tahun yang lalu. Dia sering diganggu
oleh para siswa karena penampilan saat mengajar selalu memakai pakaian serba
hitam.
“Suatu hari, payung merah kesayangan-nya,
disembunyikan oleh seseorang di suatu tempat. Saat itu hujan sangat deras, dia
terus mencari payung-nya di seluruh sekolah dan di luar lingkungan sekolah.
Hingga sesuatu yang mengerikan terjadi, dia dilanggar oleh truk yang sedang
mengebut dan terpental sangat jauh. Tangan kanan-nya terputus dan sebagian
kepala-nya pecah hingga otak berceceran ditempat kejadian”.
Ayako terlihat hampir mau menangis lalu
Airi dan yang lain-nya memutuskan untuk membantu masalah-nya dan berharap
menemukan payung sebelum batas akhir. Dengan perasaan yang campur aduk, Ayako
menghampiri Miyuki di kelas-nya dan membicarakan solusi atas masalah mereka
berdua.
-!!-
Hari pertama, mereka mulai mencari
beberapa tempat yang tidak terpikirkan oleh para guru. Mereka mencari sebelum
jam pelajaran berakhir. Tapi, mereka tidak menemukan petunjuk apapun. Hari
kedua, kali ini mereka memeriksa di tempat pembuangan sampah, namun hasil-nya
nihil. Pada hari ketiga, Miyuki dan Ayako terlihat sangat tertekan dan
ketakutan. Ini merupakan hari terakhir mereka menemukan payung merah tersebut.
“kau tahu? Ibu-ku meminta aku
memenangkan pertandingan hari ini sebagai hadiah untuk ayah yang sudah
meninggal. Awalnya aku tidak tahu harus berbuat apapun, tapi akhirnya aku
memutuskan untuk memenangkan-nya apapun yang terjadi” kata Ayako sembari
menahan air mata-nya.
“aku juga! Aku juga mau kita selamat
dan kembali berlari di arena hari ini, tapi… tapi…,” Airmata Miyuki mulai
keluar dan membasahi pipi-nya. “tapi--, apa yang harus kita lakukan? Kita tidak
bisa menemukan keberadaan payung makhluk sialan itu…” kata Miyuki melanjutkan
pembicaraan-nya.
Ayako menghapus air mata-nya dan
berkata “kalau begitu, ayo kita cari lagi!”, Ayako melihat truk sampah yang
kebetulan melewati mereka dan berlari menemui petugas kebersihan tersebut. Lalu
Miyuki segera berlari mengejar Ayako dari belakang.
“Ada apa?” kata petugas kebersihan itu
sembari memperhatikan Miyuki dan Ayako kecapekan karena berlari tanpa
pengaturan napas yang benar.
“pak, tolong izikan kami untuk
membongkar muatan ini…!” teriak Miyuki.
“apa? Jangan bercanda!” kata petugas
itu.
Ayako terus memperhatikan bagian yang
akan dicari-nya, tanpa izin dari petugas itu, dia langsung berlari menuju ke
tempat daur ulang yang banyak payung bekas tersebut.
“oi oi” kata petugas itu sembari
mencoba memberhentikan Ayako. Namun akhirnya dia mengalah dan berkata “terserah
kalian! Tapi jangan sampai berserakan di jalan!” kata petugas itu dengan kesal.
Miyuki dan Ayako terus mencari payung
di tumpukan sampah daur ulang itu. Miyuki terlihat sangat kesal dan mulai
menangis sambil terus mencari payung merah dengan nama Kasako Ai. Di tengah
hujan deras, mereka terus mencari payung itu sedangkan petugas itu terlihat
tidak sabar.
Di ambang keputusasaan, Ayako berhasil
menemukan payung merah yang dimaksud. “Miyu---“, Ayako memberhentikan
perkataan-nya dan berpura-pura mencari payung itu.
Miyuki menyadari apa yang disembunyikan
oleh Ayako dari-nya. Miyuki menggenggam lengan Ayako dengan kuat dan berkata”
kenapa…, kenapa kau menyembunyikan itu dari-ku…”, mata Miyuki berubah menjadi
dingin dan kosong. Tangan-nya terus meremas tangan Ayako dengan kuat sehingga
Ayako menjerit kesakitan.
Dengan paksa, Ayako berhasil melepaskan
tangan-nya dan berlari meninggalkan Miyuki. Ayako terus berlari sembari
berpikir bahwa dia akhirnya bisa mengabulkan permintaan Ibu-nya dengan
mengorbankan Miyuki sebagai tumbal Kasako-san.
Namun, terlihat Miyuki mengejar Ayako
dengan penuh emosi, dengan lari yang lebih cepat dari Ayako dan berhasil
mengejar-nya. Miyuki mencoba merampas payung dari genggaman Ayako sembari
menyikut bahu-nya agar dia terjatuh. Ayako tidak mau menyerah dan
mempertahankan payung itu.
Namun tiba-tiba seorang pengendara
motor melewati diantara mereka berdua dengan kencang, payung yang Ayako pegang terhempas
dan jatuh di tengah jalan. Sebelum Ayako bertindak, Miyuki segera berlari untuk
mendapatkan Payung itu.
Ayako terlihat berdiri mematung, lalu
dia menyadari ada mobil yang melaju dengan cepat. Selain itu, dia menyadari
bahwa Kasako-san sudah berada di dekat-nya. Pandangan mata-nya berubah menjadi
kosong dan tersenyum dingin. Dengan tenang-nya, dia berlari dan mendorong
Miyuki dengan kuat sebelum mendapatkan payung itu.
-KYAAAAAAAAAAAA , BRUAAAAAAAK.
Tubuh Miyuki terhempas dengan sangat
jauh dan tewas seketika. Ayako tersenyum sembari berjalan menatap tubuh Miyuki
yang tidak berdaya dan mengambil payung itu. “dimana payungkuuuu…” kata Kasako
sembari memperlihatkan wajah-nya yang sebagian hancur itu.
-!!-
Ketika pertemuan olah raga dimulai,
hujan sudah berhenti. Ayako dengan tenang-nya berlari tanpa pesaing abadi-nya,
Miyuki. Akhirnya dia berhasil memenangkan lomba dan memenuhi keinginan ibu-nya.
Beberapa minggu setelah-nya, hujan
kembali turun. Ayako berlari seperti biasa di tengah hujan. Di tengah hujan,
Ayako melihat seorang anak perempuan seusia-nya berjalan dengan tertatih-tatih
sembari memegang tangan kanan-nya yang putus.
“Mi-----yuki-san???” kata Ayako
sembari memperhatikan seseorang yang mirip dengan Miyuki.
“kenapa……” , Ayako terdiam terpaku dan
air mata-nya mengalir dengan deras. Saat seseorang itu sudah berada di
dekat-nya dia berkata “dimana payung-ku…..”.
0 komentar:
Posting Komentar